Rabu, 12 Oktober 2016

Kehidupan Awal di Bumi


Pembagian Zaman Berdasarkan Geologi

Keberadaan Awal Manusia di Bumi Keberadaan alam semesta jauh lebih tua dibandingkan dengan keberadaan manusia. Artinya, alam semesta ini telah lama ada sebelum manusia mulai menghuni permukaan bumi. Manusia diperkirakan mulai mendiami bumi ini pada kala Plestosen, sedangkan menurut usia bumi kala Plestosen merupakan masa yang paling muda. Untuk lebih jelasnya coba kamu perhatikan bagan di bawah ini!
  • Pada masa arkeozoikum, di bumi belum ada tanda-tanda kehidupan. Bumi ini masih merupakan gas yang panas sehingga tidak memungkinkan untuk makhluk hidup dapat bertahan hidup dalam kondisi alam seperti itu. Lama kelamaan akhirnya temperatur gas tersebut akhirnya mulai menurun dan sebagian mulai mengeras membentuk kerak bumi.
  • Masa palaeozoikum disebut juga sebagai zaman kehidupan purba karena pada masa ini diperkirakan mulai adanya makhluk hidup di bumi ini. Makhluk hidup yang ada pada masa ini masih sangat primitif. Diperkirakan makhluk yang hidup pada masa ini adalah makhluk bersel satu dan masih sangat sederhana.
  • Masa mesozoikum disebut juga dengan zaman kehidupan madya. Masa ini merupakan fase kedua dari keberadaan makhluk hidup. Pada masa ini diperkirakan mulai hidup binatang-binatang amphibi dan reptil. Binatangbinatang yang berukuran besar seperti dinosaurus, tyranosaurus, dan sejenisnya, hidup pada masa ini sehingga masa ini dikenal dengan sebutan zaman jura.
  • Manusia diperkirakan belum ada pada masa ini karena kondisi alamnya belum memungkinkan untuk manusia dapat bertahan hidup. Coba kamu bayangkan bagaimana kalau manusia sudah ada pada masa ini dan harus hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk lain yang memiliki ukuran tubuh yang sangat besar!
  • Masa kenozoikum dikenal juga dengan zaman kehidupan muda karena merupakan masa termuda dalam usia bumi dan masih berlaku sampai sekarang ini. Masa kenozoikum terbagi dalam dua zaman, yaitu zaman tersier dan zaman kwarter. Pada zaman tersier diperkirakan mulai muncul jenis-jenis binatang baru yang merupakan jenis binatang mamalia. Binatang-binatang berukuran besar lambat laun mulai mengalami kepunahan pada zaman ini.
Namun pada zaman ini diperkirakan manusia belum ada. Keberadaan manusia baru muncul pada zaman kwarter. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil manusia yang setelah diperkirakan usianya berada pada kala plestosen. Pada plestosen awal ditemukan fosil pithecanthropus mojokertensis yang usianya diperkirakan 1,9 juta tahun. Fosil meganthropus paleojavanicus yang ditemukan di daerah Sangiran usianya antara 2 sampai 1 juta tahun juga diperkirakan hidup pada zaman kwarter pada kala plestosen awal. Pada masa awal kehidupan manusia, mereka harus menghadapi kondisi alam yang sangat berat. Pada kala plestosen, keadaan bumi belum stabil ditandai dengan sering terjadinya perubahan fisik, yaitu perubahan gerakan bumi baik yang menurun atau pun mengangkat. Pada kala plestosen terjadi tujuh kali perubahan, yaitu empat kali zaman glasial dan tiga kali zaman interglasial.
Peristiwa-peristiwa alam yang terjadi pada masa plestosen merupakan tantangan yang sangat berat yang harus dihadapi oleh manusia pada saat itu. Dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas, manusia berusaha mempertahankan hidupnya dengan berbagai akal menghadapi tantangan alam dan berusaha mencari makan dengan alat-alat yang masih sangat sederhana. Iklim yang sangat dingin yang terjadi pada masa glasial merupakan salah satu tantangan alam yang memaksa manusia dan hewan berpindah tempat menuju daerah yang iklimnya lebih cocok untuk mereka. Diduga pada masa glasial makhluk-makhluk hidup berpindah atau bermigrasi dari tempat asalnya. Selain didorong untuk mencari iklim yang lebih cocok juga dorongan yang sangat kuat adalah mencari daerah sumber persediaan makanan. Hal ini dikarenakan manusia yang hidup pada masa tersebut masih tergantung pada alam. Apabila alam tempat mereka telah tidak mampu memberikan persediaan makanan maka mereka akan meninggalkan tempat tersebut dan mencari lagi daerah yang masih bisa memberikan penghidupan pada mereka.
Manusia pada masa ini harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi alam. Jika mereka tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup sekitarnya maka ancaman kepunahan akan terjadi. Mereka yang mampu bertahan hidup tentu akan sanggup untuk melanjutkan kehidupan dan melahirkan generasi penerus. Kemampuan untuk mempertahankan diri terutama dalam menyesuaikan terhadap kondisi alam yang terus berubah serta kemampuan dalam memperoleh makanan untuk kelangsungan hidup menyebabkan terjadinya perubahan fisik. Hal ini terjadi baik pada binatang, tumbuhan dan juga manusia. Secara perlahan-lahan bentuk fisik manusia mengalami perubahan sehingga mencapai bentuk seperti kita sekarang ini

Untuk mengetahui bagaimana keadaan kehidupan manusia purba, maka dapat mengetahuinya lewat fosil dan artefak. Fosil merupakan sisa tulang belulang binatang, manusia atau tumbuhan dari zaman praaksara yang telah membatu dan tertanam di bawah lapisan tanah, sedangkan artefak itu sendiri adalah benda-benda, seperti peralatan kehidupan sehari-hari dan perhiasan yang menunjukkan kecakapan kerja manusia yang ditemukan melalui penggalian arkeologi.
A. Proses Muncul dan berkembangnya manusia manusia dan masyarakat paling awal di kepulauan Indonesia

1. Pembagian Zaman dalam sejarah Bumi
Guna mengikuti perkembangan manusia diatas bumi, kita terlebih dahulu harus meninjau tentang kalender bumi. menurut ilmu falak, ilmu yang memepelajari tentang bintang-bintang dilangit, mula-mula bumi merupakan bola gas yang sangat panas dan berputar pada porosnya. Gas menjadi makin padat dan membentuk kulit bumi karena perputarannya yang terus menerus. Suhu bumi yang panas lambat laun menjadi dingin di bagian luar, sedangkan pada bagian dalam sampai sekarang pun masih sangat panas (dalam bentuk magma).
Mulai kejadian pertama ketika bumi masih panas sampai dengan munculnya manusia pertama memakan waktu yang sangat lama kurang lebih 3.500 Juta tahun yang terbagi dalam beberapa masa dan zaman.
Berikut Tabel pembagian zaman dan umur geologi:
  • Pra Kambrium. Pada zaman pra-kambrium belum ada kehidupan walau dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun, sebab bumi baru saja mendingin. Permukaan bumi menjadi dingin memerlukan waktu sekitar 350 tahun.
  • Paleozoikum. Pada masa paleozoikum [zaman kehidupan tertuan] sudah mulai terdapat kehidupan sederhana, terutama di laut. Contohnya ubur-ubur, udang, siput, hewan beruas, kerang, ikan bertulang rawan, amfibi dan pada akhir zaman ini telah muncul enis reftil sederhana, yaitu kura-kura. Tumbuh-tumbuhan yang muncul adalah paku-pakuan yang tumbuh dirawa-rawa, dan mulai meluas sejak zaman Karbon. Endapan organisme pada zaman ini menghasilkan batu bara tertua.
  • Pada Zaman Mesozoikum ditamdai oleh terbentuknya cekungan laut atau geosinklinal yang terisi oleh endapan tebal, dan meluasnya jenis paku-pakuan. Kehidupan yang sangat menonjol adalah berkembangnya hewan reftil raksasa yang panjangnya mencapai 12-27 Meter. Misalnya Dinosaurus jenis brachiosaurus dan atlantosaurus.
  • Kenozoikum. Masa Kenozoikum dibagi menjadi dua zaman besar, yakni: Zaman Tersier. Zaman Tersier (70-3 juta tahun yang lalu. Pada masa ini dengan munculnya tenaga endogen yang dahsyata sehingga melipat dan mematahkan lapisan kulit bumi. Akibatnya terbentuklah rangkaian pegunungan besar di seluruh dunia. Disusul kemudian dengan adanya letusan-letusan gunung berapi sehingga membentuk relief permukaaan bumi yang lebih rumit lagi. Zaman Kuarter. Zaman Kuarter (3 juta tahun yang lalu). permulaan zaman ini ditandai dengan menurunya suhu bumi secara drastis sehingga terjadi lantai es yang tebal dan meluas. Akibatnya zaman ini disebut zaman es atau glacial. Zaman es adalah zaman yang terpenting bagi kehidupan, sebab telah ada tanda kehidupan manusia. Bagian-bagian zaman ini disebut dengan istilah kala. Zaman ini dibagi menjadi dua bagian, yaiut kala pleistosen dan kala holosen (diluvium dan aluvium). Meskipun umur kala pleistosen tidak sepanjang masa yang lain, pada kala inilah manusia mulai muncul di muka bumi. Jadi baru mulai muncul pada zaman kuarter. adapun jenis manusia tertua yang ditemukan di Indonesia ada tiga jenis, yaitu Megantropus, Pithecantropus dan Homo

Teori Evolusi Manusia - Sebelum membahas mengenai asal-usul manusia Indonesia, terlebih dahulu kita bahas mengenai teori evolusi. Teori evolusi membahas tentang asal-usul makhluk manusia beserta perkembangan fisik manusia. Teori evolusi merupakan kajian yang berakar pada filsafat materialistis. Filsafat materialisme berkembang dan menyebar luas pada abad ke-19. Filsafat materialisme berusaha menjelaskan penciptaan alam ini semata-mata karena faktor-faktor yang bersifat materi.
Para pendukung filsafat ini berpandangan bahwa segala sesuatu muncul tidak melalui proses penciptaan, melainkan melalui sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Pada pertengahan abad ke-19, filsafat materialisme melahirkan teori evolusi.
Tokoh yang mengemukakan teori evolusi ialah seorang naturalis yang berasal dari Inggris, yaitu Charles Robert Darwin (1809-1882). Ia memiliki ketertarikan yang kuat pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut pada akhirnya mendorong dia untuk bergabung dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832. Dia mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Pengamatan alam yang dia lakukan melalui perjalanan tersebut menumbuhkan perasaan takjub pada dirinya dengan melihat begitu banyaknya ragam spesies makhluk hidup. Fokus perhatiannya terutama ditujukan pada jenis-jenis burung finch di Kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitatnya.
Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah dan beragam melainkan berasal dari nenek moyang yang sama. Kemudian muncul berbagai jenis dan ragam makhluk hidup karena proses adaptasi mereka yang berbeda akibat kondisi alam yang berbeda. Darwin mengemukakan gagasan yang menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini sebagai “evolusi melalui seleksi alam” (survival of the fittest). Ia kemudian mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul “The Origin of Species, By Means of Natural Selection” pada tahun 1859.
Meskipun demikian, nampaknya Darwin sendiri mempunyai beberapa keraguan dalam pengungkapan teorinya tersebut. Hal ini terungkap dalam salah satu bab yang dituangkannya dalam buku tersebut yang diberi judul “Difficulties of the Theory”. Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk hidup. Darwin berharap
kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru.
Walau bagaimanapun, nampaknya pada saat penyusunan teorinya, Darwin diilhami oleh para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang ahli biologi Prancis, Lamarck. Menurut Lamarck, makhluk hidup mewariskan ciri-ciri yang mereka dapatkan selama hidupnya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai contoh, jerapah berevolusi
dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan itu terjadi dengan memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi ketika berusaha menjangkau dahan yang lebih tinggi untuk memperoleh makanan. Darwin menggunakan hipotesis Lamarck tentang “pewarisan sifat-sifat yang diperoleh” sebagai faktor yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Charles Darwin menulis dua buah buku yang berjudul The Origin of Species (1859) dan The Descent of Man (1871). Melalui kedua buku tersebut, Darwin menyatakan bahwa semua jenis makhluk hidup sekarang ini termasuk juga manusia, berasal dari satu jenis makhluk bersel satu. Lambat laun mereka berkembang menjadi berjenis-jenis makhluk hidup. Binatang yang paling maju ialah sejenis kera, dengan mengalami proses struggle of life, sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Perubahan tersebut pada akhirnya mencapai kesempurnaan, sehingga mengarah pada wujud manusia seperti sekarang ini. Silakan kamu diskusikan dengan temanmu, apakah kamu setuju dengan pendapat Darwin bahwa manusia sekarang ini terwujud dari proses evolusi? Apakah kamu juga setuju kalau manusia berasal dari makhluk sejenis kera? Kemukakan pendapatmu! Di dalam proses evolusi manusia terdapat beberapa proses penting yang terjadi. Pertama, adalah sikap tubuh dan cara bergerak. Sikap tegak merupakan fase yang sangat penting dan memberikan pengaruh besar pada proses evolusi selanjutnya. Sikap tegak dimulai dengan kemampuan duduk tegak, berjalan tegak, dan berakhir dengan berdiri tegak untuk waktu yang lama. Kemampuan berdiri tegak mempengaruhi pembebasan tangan dari
tugas menunjang badan. Akibatnya, tangan dapat digunakan untuk melakukan berbagai pekerjaan yang sebagian besar pekerjaannya berhubungan dengan membuat dan mempergunakan alat, menyelidiki lingkungan, mencari, membawa, mempersiapkan dan menyuap makanan, memelihara kebersihan badan, mempertahankan diri, dan mengasuh anak-anak. Dari sini kita mulai melihat perbedaan antara manusia dengan hewan primata lainnya; mereka menggunakan mulut untuk melakukan pekerjaan seperti itu, tetapi manusia melakukannya dengan tangan. Kedua, evolusi kepala termasuk di dalamnya adalah otak. Evolusi
kepala berhubungan erat dengan evolusi muka sebagai bagian teratas system pencernaan dan pernapasan serta evolusi otak. Perubahan makanan dan cara mengolahnya mempengaruhi struktur mulut sebagai alat pengunyah. Apalagi setelah ditemukannya api semakin menambah kemajuan manusia dalam mengolah makanan. Akibatnya ialah pekerjaan mengunyah semakin berkurang, yang selanjutnya mengakibatkan reduksi alat pengunyah. Gigi-gigi pipi mengecil, demikian pula rahang dan otot-ototnya. Peranan alat pembau semakin berkurang, yang berpengaruh terhadap fungsi bagian otak yang berhubungan dengan pembauan. Sementara di sisi lain, volume otak semakin membesar dan berpengaruh pada berkembangnya keinginan dan prakarsa serta pengendaliannya, kepribadian, daya simak, pemikiran, dan asosiasi serta integrasi pengalaman.
Evolusi yang ketiga berkaitan dengan perkembangan biososial manusia. Evolusi pada aspek ini menyangkut tiga hal penting, yaitu: pembuatan alat, organisasi sosial, dan komunikasi dengan bahasa. Evolusi dalam perubahan sikap tubuh mempengaruhi pembebasan tangan dari pekerjaan menumpu badan. Hal ini kemudian diperkuat lagi dengan semakin berkembangnya kemampuan otak untuk berpikir. Dampaknya ialah timbulnya kepandaian baru dalam pemakaian dan pembuatan alat-alat dari kayu, batu, dan sebagainya. Kepandaian ini menimbulkan perubahan dalam cara mencari makan dan mengolah makanan. Kemungkinan berburu binatang-binatang besar mulai ada dan ini perlu dilakukan secara berkelompok. Bekerja sama secara kelompok tentunya memerlukan pengorganisasian dan penggunaan isyarat-isyarat dalam mengatur siasat bersama. Inilah yang pada akhirnya mendorong terciptanya komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal sebab komunikasi akan sangat diperlukan untuk mengatur kehidupan secara berkelompok/ bersama.
Teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin meskipun dalam beberapa hal mengalami perdebatan, tetapi masih tetap dipercaya oleh banyak orang. Para ilmuwan maupun masyarakat awam mempercayai bahwa sebelum manusia mencapai bentuknya seperti sekarang ini, manusia telah mengalami proses evolusi yang sangat panjang. Dari bentuk yang sangat sederhana sampai pada bentuk sekarang ini yang merupakan bentuk manusia
modern. Teori Darwin tentang asal muasal manusia yang berasal dari makhluk sejenis kera perlu mendapat pembuktian. Artinya, untuk sampai pada bentuk manusia seperti sekarang ini haruslah ada sejenis makhluk peralihan yang dapat menjembatani antara kera dengan manusia. Makhluk tersebut tentunya secara fisik dan perkembangan otak serta biososial lainnya mencerminkan peralihan dari makhluk sejenis kera menuju bentuk seperti manusia sekarang ini. Pada kurun waktu beberapa tahun makhluk ini tidak dapat ditemukan sehingga kemudian dikenal konsep missing link yang artinya terputusnya rantai yang dapat menghubungkan antara makhluk awal dengan manusia modern. Pada akhirnya, banyak orang meragukan teori yang dikemukakan oleh Darwin. Untuk membuktikan kebenaran teori Darwin, perlu ditemukan terlebih dahulu makhluk peralihan tadi. Missing link pada akhirnya dapat dipecahkan oleh penemuan fosil yang ditemukan oleh Eugene Dubois di daerah Trinil, Jawa Timur, pada tahun 1891. Fosil tengkorak manusia yang kemudian diberi nama Pithecanthropus Erectus ini diklaim oleh Dubois sebagai makhluk peralihan dari kera menuju manusia. Akan tetapi nampaknya keyakinan Dubois ini pada akhirnya dapat diruntuhkan dengan ditemukannya fosil lain, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, yang diperkirakan usianya lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Melihat fakta yang telah dikemukakan di atas, apa yang kemudian terlintas dalam pikiranmu? Dalam ilmu pengetahuan, runtuhnya suatu pendapat, keyakinan ataupun teori yang sebelumnya sudah diyakini oleh banyak orang merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan ilmu pengetahuan terus berkembang sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan manusia itu sendiri. Kita dapat melihat dari pernyataan di atas yang memperlihatkan bagaimana keyakinan Dubois dapat diruntuhkan setelah ditemukannya bukti-bukti baru.
Demikian juga dengan teori Darwin, terutama yang menyangkut asal muasal manusia yang diyakininya berasal dari makhluk sejenis kera. Akhir-akhir ini banyak orang yang mulai meragukan kebenaran teori Darwin. Salah satu contohnya adalah Harun Yahya yang meluncurkan teori terbaru tentang runtuhnya teori evolusi Darwin.
Meskipun demikian, nampaknya pertanyaan tentang asal-usul manusia modern masih menjadi pertanyaan besar yang harus kita jawab. Kapankah dimulainya keberadaan manusia modern? Bagaimana terjadinya? Terjadi secara lambat laun dan dimulai sejak dulu kala, ataukah dengan cepat dan baru terjadi akhir-akhir ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut masih menjadi perdebatan yang hangat di kalangan para ilmuwan. Untuk menjawab tentang asal-usul manusia memang hanya bisa dibuktikan dari temuan fosil-fosil. Nampaknya konsep evolusi masih tetap kuat dipertahankan dalam merangkai sejarah asal-usul manusia.
Ada dua teori yang berhubungan dengan perkembangan manusia modern (Homo Sapiens). Teori pertama dikenal dengan nama “evolusi-multiregional”. Teori memandang asal-usul manusia modern sebagai suatu fenomena yang mencakup seluruh dunia. Pada prinsipnya, manusia modern berasal dari kerabat yang sama, yaitu dari jenis “the java man” (Homo Erectus). Mereka menyebar secara bersamaan ke seluruh dunia dan baru kemudian di tempatnya yang baru mereka melakukan proses evolusi sehingga mencapai manusia modern.
Menurut hipotesis di atas, jenis manusia Neanderthal merupakan sebagian hasil evolusi di tiga benua. Dari segi anatomi, jenis manusia Neanderthal merupakan peralihan antara Homo Erectus dan Homo Sapiens modern di Eropa, Timur Tengah dan Asia sebelah barat. Tren evolusi menuju status biologis Homo Sapiens yang terjadi di seluruh dunia tersebut didorong oleh lingkungan kebudayaan baru di tempat yang baru. Dengan berkembangnya kebudayaan ke arah yang lebih kompleksitas, mendorong kemampuan otak untuk semakin berkembang. Otak yang besar dan cerdas membawa kebudayaan yang lebih kompleks, yang pada gilirannya menjadikan otak yang lebih besar dan lebih cerdas lagi. Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi
penyebarluasan perubahan genetis dengan cepat pada setiap populasi di seluruh dunia.
Teori kedua yang bertentangan dengan teori pertama dikenal dengan teori “out of Africa”. Teori tersebut berdasarkan hipotesis bahwa manusia modern berasal dari satu daerah, yaitu dari Afrika. Manusia awal yang hidup di Afrika lambat laun mengalami proses evolusi sehingga mencapai bentuk manusia modern (Homo Sapiens). Kelompok-kelompok Homo Sapiens modern ini kemudian bermigrasi dari Afrika menuju belahan bumi lainnya. Kedatangan manusia modern ini lambat laun pada akhirnya menggantikan populasi manusia pramodern yang ada. Teori ini dinamakan dengan teori “out of Africa” karena Afrika Sub-Sahara telah diketahui sebagai tempat yang paling memungkinkan berlangsungnya evolusi manusia modern yang pertama. Bukti-bukti penelitian genetika mengenai variasi DNA dalam inti sel dan mitokondria manusia modern, ternyata lebih mendukung teori “out of Africa”. Hasil penelitian terbaru dari para ilmuwan menunjukkan bahwa semua manusia memiliki DNA yang nampak identik. Begitu identiknya sehingga perbedaan genetis pada sekelompok simpanse bahkan bisa jadi lebih besar
daripada perbedaan genetis pada enam milyar manusia yang hidup saat ini.
Padahal dalam teori disebutkan bahwa manusia berpisah dengan simpanse dalam satu garis keturunan sekitar 5 hingga 6 juta tahun lalu. Artinya, manusia seharusnya memiliki cukup banyak waktu untuk mengembangkan gen-gen yang berbeda seperti halnya simpanse. Lalu mengapa penelitian hanya mendapatkan gen-gen yang identik pada manusia? Jawaban atas pertanyaan di atas, dikatakan para ilmuwan, adalah karena populasi manusia pernah berkurang hingga sedemikian kecil. Manusia modern akhirnya hanya diturunkan oleh segelintir orang sehingga gen mereka serupa. Kesimpulan dari hasil penelitian ini pernah dipublikasikan di American Journal of Human Genetics. Kesimpulan ini seolah juga membenarkan teori “Out of Africa” yang menyebutkan bahwa manusia modern berasal dari satu keturunan di Afrika. Dipercaya, populasi manusia yang tinggal 2.000 jiwa itu berdiam di Afrika, berkembang, baru kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Bukti terbaru lainnya mengenai manusia modern yang berevolusi dari Afrika pernah dimuat dalam harian KOMPAS tanggal 12 Juni 2003. Dalam beritanya disebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Profesor Tim White melakukan upaya penggalian dan menemukan sejumlah tengkorak dari dua orang dewasa dan satu anak-anak. Tengkorak-tengkorak tersebut
diperkirakan berumur 160.000 tahun. Ketiganya digali dari lapisan sedimen di dekat Desa Herto di wilayah Afar, sebelah timur Ethiopia. Mereka ditengarai merupakan fosil manusia modern (Homo Sapiens) yang tertua di dunia.
Hal yang membuat para peneliti sangat tertarik dengan penemuan di atas ialah karena ia cocok dengan penelitian genetis terakhir yang menyebutkan Afrika sebagai asal-usul manusia modern. Selain itu, umur fosil juga sesuai dengan perkiraan ilmuwan tentang munculnya manusia modern pertama kali. Tengkorak manusia Herto yang ditemukan tidak sama persis dengan
tengkorak manusia yang hidup saat ini. Ukuran mereka lebih besar, lebih panjang, dan tulang alisnya lebih tebal. Perbedaan kecil namun sangat penting ini, membuat tim peneliti memasukkan tengkorak ini dalam subspecies baru manusia modern yang disebut Homo Sapiens Idaltu (idaltu berarti“lebih tua” dalam bahasa lokal Afar). Penemuan fosil di Herto ini membuat gembira golongan ilmuwan yang meyakini bahwa manusia modern memiliki nenek moyang yang tinggal di Afrika 200.000 tahun lalu. Mereka yang mendukung teori “Out of Africa” ini percaya bahwa nenek moyang asal Afrika itulah yang menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menggantikan spesies “manusia” lain yang ada saat itu, seperti manusia Neanderthal di Eropa. Ini artinya bila manusia modern telah hidup di Afrika 160.000 tahun lalu, maka kita pastilah bukan keturunan spesies seperti Neanderthal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar